Senin, 02 November 2009

Hobby Bercermin


Pengalaman ngaca
Qu juga punya pengalaman tentang kaca,dulu waktu Qu masih sekolah,Qu pernah ke sekolah lupa bawa kaca,tau gak,Qu sampe rela balik lagi ke rumah padahal Qu sudah mau naik kendaraan umum ke sekolah,gila yach....?trus Qu pernah muter2 ke toko di sekitar sekolah cuma buat beli kaca,heeee...tapi yang lebih parahnya kalau Qu ketinggalan buku pelajaran,Qu lebih milih gak ikut pelajaran dari pada harus balik lagi kerumah buat ambil buku,hee,,,nakal yach...!
Menurut Qu sich ngaca itu banyak manfaatnya juga sich,misalnya aja :
1) kalau habis makan,kita bisa lihat sisa2 makanan yang nempel di gigi,kan malu kalau pas ngobrol sama orang digiginya,ihhhhhhhhhhh...
2) qta bisa lihat pakaian qta sudah rapi apa belum
3)terus buat yang suka make-up penting bgt tuh,supaya gak kyak mau ngelenong,heee
Tapi ada yang bilang juga,kalau qta kebanyakan ngaca katanya sich aura di wajah qta bisa hilang,mudah2an itu cuma mitos yach...
buat yang punya hobby sama kayak Qu,berbagi ceritanya yach...!
Trims...

Cermin

Cermin

Sejarah

Cermin yang dibuat paling awal adalah kepingan batu mengkilap seperti obsidian, sebuah kaca volkanik yang terbentuk secara alami. Cermin obsidian yang ditemukan di Anatolia (kini Turki), berumur sekitar 6000 SM. Cermin batu mengkilap dari Amerika tengah dan selatan berumur sekitar 2000 SM.[1] Cermin dari tembaga yang mengkilap telah dibuat di Mesopotamia pada 4000 SM dan di Mesir purba pada 3000 SM.[2] Di China, cermin dari perunggu dibuat pada 2000 SM.[3]

Cermin kaca berlapis logam diciptakan di Sidon (kini Lebanon) pada abad pertama M,[4] dan cermin kaca dengan sandaran dari daun emas disebutkan oleh seorang pengarang dari Romawi bernama Pliny dalam buku Natural History miliknya, yang dikarang sekitar tahun 77 M.[5] Orang Romawi juga mengembangkan teknik menciptakan cermin yang kasar dari kaca hembus yang dilapisi dengan timah yang dilelehkan.[6]

Cermin parabola pantul pertama kali dideskripsikan oleh fisikawan dari Arab bernama Ibn Sahl pada abad 10[7]. Ibn al-Haytham mendiskusikan cermin cembung dan cekung dalam geometri bola dan tabung,[8] melakukan beberapa percobaan dengan cermin, dan menyelesaikan permasalahan menemukan titik di sebuah cermin cembung dimana sinar yang datang dari satu titik dipantulkan ke titik yang lain.[9] pada abad 11, cermin kaca yang jernih diproduksi di Al-Andalus.[10]

Pada awal Abad Renaisans, orang Eropa menyempurnakan metode melapisi kaca dengan amalgam timah-raksa. Baik tanggal serta lokasi penemuan itu masih belum diketahui, tapi pada abad ke-16, Venesia, sebuah kota yang terkenal dengan keahilan membuat kaca, menjadi pusat produksi cermin dengan mempergunakan teknik ini. Cermin kaca dari periode itu dulunya merupakan barang mewah yang amat mahal.[11]

Justus Liebig menemukan cermin kaca pantul di tahun 1835. Prosesnya melibatkan pengendapan lapisan perak metalik ke kaca melalui reduksi kimia perak nitrat. Proses melapisi kaca dengan substansi bersifat reflektif (silvering) ini diadaptasi untuk memproduksi cermin secara massal. Saat ini, cermin sering diproduksi dengan pengendapan vakumnya aluminium (atau terkadang perak) langsung ke substrat kaca.